Rabu, 04 September 2013

CARA PEMGAMBILAN SAMPLE DAUN UNTUK ANALISA DAUN TANAMAN KELAPA SAWIT

Daun Kelapa Sawit

Daun (folium) pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk
anceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit yang
berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada
12 bulan akan ada 5 anceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun atau
petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun .
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8, lingkaran atau spiralnya ada yang
berputar kekiri dan kekanan tetapi kebanyakan putar kekanan. Pengenalan ini penting
diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai
sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan
pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun tergantung pada umur tanaman. Produksi
pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 kemudian akan
berkurang sesuai umur menjadi 18-25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari
pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedang pada tanaman muda
kurang dari pangkal tersebut. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada
tipe varitasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun
di kiri kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200. anak
daun yang tengah dapat mencapai panjang1,2 m. Berat satu pelepah dapat mencapai
4,5 kg berat kering, (Adlin,U,L.2008).
Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate),
beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah
beberapa bulan terbetuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip. Misalnya pada
bibit berumur lima bulan susunan daun terdiri atas 5 lanset, 4 berbelah dua, dan 10
berbetuk bulu. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur), yaitu
membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola tertentu yang
disebut filotaksis. Daun yang berurutan dari bawah ke atas membentuk suatu spiral,
dengan rumus daun 1/8. Terdapat dua pola filotaksis, yang secara sederhana dapat
dikatakan yang satu berputar kekiri, dan yang lain berputar kekanan, dimana
menunjukkan secara umum jumlah pohon yang jumlah filotaksisnya berputar kekiri
tidak berbeda dengan yang ke kanan, dan produktivitas pohon dengan kedua pola ini
pun tidak berbeda nyata. Hal ini berbeda dengan pendapat beberapa pakar mengenai
mengenai kalapa nyiur (cocos nucifera), yang kecendrungannya lebih banyak pohon
yang berpola filotaksis ke kiri, dan yang filotaksisnya ke kiri produktivitasnya dapat
20% lebih tinggi ketimbang yang kekanan. Sebenarnya pola filotaksis pada kelapa
sawit sangat rumit dan memiliki genetis.
Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat dua
baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis),
yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri kanannya terdapat anak-anak daun
(pinna;pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai daun
(lamina). Anak daun terpanjang (pada pertengahan daun) dapat mencapai 250-300
helai per tahun pada pohon-pohon yang berumur 5-6 tahun, setelah itu di produksi
daun menurun menjadi 20-25 daun per tahun, (Semangun,H.2003).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak daun tiap pelepah dapat
mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. pelepah daun sejak
mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu ±7 tahun, jumlah pelepah dalam 1 pohon
dapat mencapai 60 pelepah.
Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 meter. Daun kelapa
sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi. Oleh
karena itu pemangkasan pelepah daun sejauh mungkin dihindarkan, kecuali pangkas
pendahuluan dan pangkas pemeliharaan.
Jika pelepah dapat dipertahankan lebih lama berarti semakin lama pula proses
fotosintesis berlangsung dan semakin banyak bahan makanan yang dikirim ke buah.
Hal ini berarti tandan akan meningkat lebih berat, (Risza,S.1994).

Kesatuan Contoh Daun (KCD)

Kesatuan contoh daun adalah satu unit areal yang dipakai sebagai tempat
pengambilan contoh daun dari pokok yang ditetapkan. Unit areal ini harus dapat
mewakili suatu luasan yang tertentu yang seragam dalam hal jenis tanah dan
kesuburannya, umur tanaman, perlakuan yang diberikan dan memiliki variasi yang
kecil dalam hal-hal lainnya. Luasnya tergantung pada keseragaman tanaman dan
tanah, misalnya 20, 25, 32, ha sesuai dengan luas blok. Dari tiap KCD dipilih 30
pokok yang memenuhi syarat untuk dipakai sebagai pokok contoh. Untuk mendapat
keseragaman yang lebih baik dan mengurangi faktor kebetulan maka dikenal sistim
tersebar yang ditetapkan berdasarkan luas dan jumlah pokok. Sebagai contoh untuk
areal yang luasnya 20,25, 30 dan 35 ha akan terdapat penyebaran pokok contoh.
Pengambilan contoh daun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistim
terpusat dan tersebar.
Untuk areal yang bergelombang atau berbukit penetapan pokok contoh tentu
tidak semudah diatas. Dalam hal ini diperlukan peta situasi yang benar dan
penempatan pokok secara tersebar agar mewakili tanaman pada areal tersebut.
Disamping cara tersebar ini, terdapat sistim lainnya yaitu sistim terpusat yakni
pokok contoh tersebut terkumpul pada 2 atau 3 barisan yang umumnya berada dengan
areal yang dianggap mewakili. Sistim ini dipakai kalau kondisi area dan tanaman
benar-benar homogen.
Pokok yang dipakai sebagai pokok contoh haruslah memenuhi beberapa
ketentuan seperti berikut :

a. Pokok normal
b. Sehat dan tidak terserang penyakit.
c. Tidak dekat dari jalan, parit atau bangunan.
d. Tidak bersebelahan dengan pokok mati atau sisipan.

Pokok yang telah ditentukan ditandai dengan jelas, dinomori dan pokok ini
akan terus dipakai setahun sekali sebagai pokok contoh. Jika pokok contoh mati dapat
digantikan dengan pokok pada barisan yang sama. Untuk mempermudah mencari
pohon KCD, perlu dibuat tanda panah yang jelas dipinggir jalan atau pinggir blok.
Sementra itu, untuk rekomendasi pemupukan, contoh daun yang diambil dari pokok
contoh adalah daun yang ke-17. Daun ke-17 ini terpilih sebagai daun indikator yang
sensitiv atas perubahan yang terjadi dalam status hara. Jika karena suatu sebab daun
ke-17 rusak, maka dapat digantikan dengan daun dari pelepah ke-9 dari pokok yang
sama. Pokok yang sakit dapat digantikan oleh pokok tetangganya asal jelas disebut
nomornya dan pokok ini seterusnya akan dipakai sebagai gantinya. Pengenalan letak
daun ke-17 ini sangat perlu diketahui.
Susunan Letak Daun Kelapa Sawit

Daun ke-9 maupun 17 ditentukan dengan memperhatikan susunan letak daun
dapat ditentukan dengan pedoman sebagai berikut :
a. Daun pertama adalah daun termuda, dimana helai daun telah mekar
seluruhnya.
b. Daun ke-3 letaknya 274 dari daun yang pertama dihitung dari daun kearah kiri
pada tanaman yang mempunyai pusingan spiral ke kanan dihitung kearah
kanan pada tanaman yang mempunyai pusingan ke kiri.
c. Daun ke-9 berada dibawah 1 agak kesebelah kiri pada spiral kanan agak
kekanan pada pokok yang berspiral kiri.
d. Daun ke-17 letaknya dibawah daun ke-9 agak ke kiri pada pokok yang
berspiral kanan dan agak ke kanan pada pokok yang berspiral kiri.

 Pengambilan Contoh Daun Tanaman Muda Kelapa Sawit

Pengambilan contoh daun pada tanaman muda sampai umur 1,5 tahun
menggunakan daun pelepah ke-3 dan pada tanaman umur 1,5-2,5 tahun dipakai daun
pelepah ke-9. Pekerjaan pengambilan contoh daun ini harus dilakukan dengan hatihati
dan tim yang tetap hendaknya dibentuk pada setiap kebun atau afdeling.
Pengambilanya hanya satu kali setahun anggota tim dapat melakukan pekerjaan lain di
luar waktu pengambilan contoh daun tersebut. Setiap tim minimal terdiri 2 orang dan setiap
hari hanya dapat menyelesaikan satu KCD. Pengambilan sampel biasanya dilakukan
minimal 2 bulan sesudah aplikasi pupuk terakhir, tidak pada kemarau panjang dan
dilakukan pada bulan yang sama setiap tahun.
Contoh daun diambil mulai jam 7.00-12.00 dan tidak waktu hujan. Dari
pelepah daun ke-17 ini diambil masing-masing 3 helai anak daun sebelah kiri dan
kanan. Letak anak daun yang diambil ini berada kira-kira diantara 1/2-1/3 bagian dari
ujung pelepah atau pada titik ujung permukaan daun bagian atas pelepah.
Helai daun dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan aquadest, lalu 1/3
dari ujung dan pangkal daun dipotong, sedangkan bagian tengahnya dipakai sebagai
contoh setelah dibuang lidinya. Helai daun dari pokok-pokok satu KCD dikumpulkan
menjadi satu dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan label yang berisi :
nama kebun, No.KCD, Afdeling, Blok, No.pelepah, tahun tanam, tanggal
pengambilan , dan nama petugas pencatat.

 Syarat Dalam Pengambilan Contoh Daun Kelapa Sawit

a. Dilakukan minimal 2 buah setelah pemupukan terakhir.
b. Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
c. Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm.
d. Untuk dapat membandingkan hasil analisa daun hendaknya pengambilan
contoh daun dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya.
e. Untuk Tandan Buah Masak (TBM) pengambilan contoh daun dilakukan hanya
jika diperlukan dan pengambilan contoh daun mulai dapat dilakukan pada 6-12
bulan sesudah penanaman.
f. Pengambilan contoh daun dapat dilakukan oleh tim yang terdapat di setiap
afdeling atau divisi yang sebelumnya dilatih oleh lembaga yang terkait.
g. Satu tim untuk pengambilan contoh daun terdiri dari 2 orang, 1 orang untuk
mengambil daun dan 1 orang lagi untuk mengumpulkan contoh daun yang
sudah diambil dari atas pohon.
h. Pembuatan peta Pesatuan Kesatuan Daun (KCD) yang baik akan sangat
membantu kelancaran pengambilan contoh daun.

Sabtu, 31 Agustus 2013

YANG PERLU DIPERHATIKAN PEKEBUN KELAPA SAWIT SEBELUM MEMBELI PUPUK


Banyaknya pupuk-pupuk yang beredar baik organik maupun anorganik dikalangan Pekebun Kelapa Sawit sungguh sangat memprihatinkan dan banyak menimbulkan kerugian dari pada petani. Saat membeli pupuk Anorganik (Kimia) baik tunggal ataupun Majemuk yang perlu diperhatikan adalah komposisinya N, P, K dan Mg nya berapa ? memenuhi standard kah sebagai pupuk tunggal. Standar N pada pupuk Tunggal adalah 50-60%, P 30-36%, K 40-45% dan Mg 20-27%. Yang tertera  di karung kemasan pupuk belum tentu sesuai persentase kandungannya dengan kandungan yg sebenarnya, karenanya jika kita membeli dalam partai besar ada baiknya , sample pupuk harus kita uji kandungan unsurnya di laboratorium sebelum dilakukan pembayaran. Jika petani kecil, hal ini tidak mungkin maka sebaiknya membeli pupuk dari produsen pupuk yang diakui pemerintah.
Demikian juga halnya dengan Pupuk Majemuk ( NPK plus) selain kita lakukan langkah2 diatas, kita harus dapat mengkomposisikan pupuk sesuai persentasi kandungan yang dimiliki pupuk sehingga mendekati komposisi saat kita menggunakan pupuk tunggal. Pupuk Majemuk bukan berarti mengurangi dosis seperti saat kita mengaplikasikan pupuk tunggal, namun semata-mata mengefisiensikan biaya kerja dan waktu karena pemupukan dapat dilakukan sekaligus disatu hari yang sama. Yang biasanya setelah kita memupuk urea, lalu Posfat kemudian Kalium, dengan adanya pupuk majemuk pemupukan NPK dilakukan bersamaan sekaligus. Dan yang harus diperhatikan tidak semua lahan bisa diaplikasikan pupuk majemuk (NPKplus), sebab bisa saja dilahan tersebut terjadi defisiensi yang berlebihan pada salah satu unsur  sehingga penggunaan pupuk NPK kurang efektif.
Untuk pupuk Organik yang perlu dicermati adalah Unsur N, P dan K nya berapa persen dan komposisi  lainnya apa ? bagaimana cara pemupukannya ? Apakah tidak akan menambah biaya karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mengaplikasikan pupuk organik ( biaya pupuk, alat dan pekerja), karena petani juga harus mengeluarkan biaya untuk pupuk kimia tunggal atau majempuk yang dosisnya tetap karena umumnya pupuk organik khusus untuk tanaman keras ( Sawit, karet, kakao)hanya sebagai pelengkap tidak dapat menggantikan peran pupuk Kimia tunggal ataupun majemuk. Dan apakah hasil panen bisa bertambah untuk menutupi biaya ekstra yang dikeluarkan petani. Apakah ada hasil demplot yang dilakukan perusahaan pupuk ini di areal perusahaan perkebunan Negara atau Swasta sebagai referensi.
Yang sangat perlu dicermati para Pekebun Kelapa Sawit bahwa Hasil panen  kelapa sawit tidak semata –semata disebabkan oleh karena pemupukan yang dilakukan namun ada banyak faktor : 1. Kesesuaian lahan. 2. Jenis bibit. 3. Perawatan awal masa penanaman (TBM). 4. perawatan setelah panen (TM). 5. Cara perlakuan saat pemanenan. 6.Applikasi pupuk yang dilakukan selama ini. 7. cuaca 8. Hama, Gulma dan Penyakit.  Dan Applikasi pupuk baru dapat terlihat efeknya pada hasil panen setelah rentang waktu 1 tahun atau 2 priode pemupukan dengan system aplikasi 6 bulanan atau 3 priode pemupukan dengan system aplikasi  4 bulanan. Karenanya pekebun Kelapa Sawit tidak harus langsung percaya begitu saja terhadap apa yang disampaikan Sales ataupun distributor pupuk yang yang menawarkan pupuknya, bila perlu minta untuk dilakukan demplot diareal kita atau diareal beberapa petani sekitar kita terlebih dahulu.
Untuk hasil panen yang maksimal dengan pemupukan yang tepat,efektif dan efisien lakukanlah riset berkala terhadap tanaman dan tanah kebun kelapa sawit anda dengan melakukan uji sample tanah dan daun ke laboratorium untuk mengetahui tingkat keasaman tanah, KTK dan unsur yang hilang, agar dapat disusun rumusan yang tepat untuk dosis pemupukan yang sesuai di areal tanaman kelapa sawit anda. Semoga bermanfaat :)

Jumat, 30 Agustus 2013

CARA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT YANG BAIK


Biasanya bila membeli benih sawit unggul langsung dari produsen benih, bakalan disuguhi benih yang mesti di bibitkan terlebih dahulu alias berupa kecambah, sebelum akhirnya ditanam. Nah, lantas bagaimana cara pembibitan yang baik supaya didapat bibit yang unggul?


Terkadang ada kalanya supaya tidak repot dan tidak melalui proses pengecambahan benih sawit, petani langsung membeli bibit sawit diatas 12 bulan. Padahal pembelian bibit sawit semacam itu rentan dengan penipuan bibit palsu.

Namun bila membeli benih sawit unggul yang masih berupa kecambah, terbilang lebih aman dari penipuan, tetapi memang petani mesti paham dengan proses pembibitan supaya didapat bibit sawit yang unggul.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan saat benih sawit itu didistribusikan serta disemaikan.

Semisal dikala proses distribusi, disarankan menggunakan transportasi yang aman dan ber AC (Air Conditioner) dalam melakukan pengiriman. Cara ini guna menghindari terjadinya pemalsuan selama diperjalanan serta mengurangi terjadinya resiko rusak. Maka itu tidak disarankan menggunakan truk terbuka.

Lantas, petani atau konsumen jangan menunda-nunda waktu tanam, lantas saat kecambah diterima, sebaiknya diletakkan diruangan yang teduh atau ber AC lembab dan tidak dibiarkan terbuka dalam ruangan yang panas dan kering.

Nah, dalam proses penyemaian pun perlu diingat, kecambah tidak boleh mendapat penyinaran langsung dari matahari. Pastikan penyemaian kecambah dilakukan dibawah naungan yang telah disediakan. Hindarilah penanaman dalam kondisi cuaca yang panas dan terik matahari, sebaiknya penyemaian selesai sebelum jam 10:00 siang.   

Menanam Dengan Benar
Dalam menanam kecambah sawit pun perlu diperhatikan beberapa hal, semisal tatkala menanam plumula (bakal batang berbentuk tajam dan lancip serta berwarna putih kekuningan) mesti menghadap ke atas dan radikula (bakal akar berbentuk tumpul dan kasar) menghadap ke bawah, pastikan posisi ini dengan benar, sebab bila menanam secara terbalik bakal mengakibatkan pertumbuhan yang melintir (twisted shoot) dan terhambat.

Kemudian kecambah yang belum jelas bakal batang dan akarnya, sebaiknya ditunda penanamannya. Lantas bagi kecambah yang terlalu panjang akarnya dapat dipotong hingga tinggal kurang lebih 5 cm dari pangkalnya.

Terus proses penanaman sebaiknya diletakkan pada tengah kantong dalam lobang yang dibuat dengan jari sedalam 2 cm dari atas permukaan tanah. Penanaman yang terlalu dangkal bakal mengakibatkan pertumbuhan bibit dipengaruhi tinggi rendahnya temperatur dan kelembapan permukaan. Sebaliknya, bila penanaman dilakukan terlalu dalam bakal membuat bibit tidak sehat lantaran bibit bisa terjepit oleh tanah.

Pembibitan Satu atau Dua Tahap?
Setelah mengetahui cara menanam kecambah yang baik, selanjutnya melakukan proses pembibitan. Berdasarkan teori, pembibitan bisa dilakukan dalam sekali tahap (one stage) atau dua kali tahap (double stage).

Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan. Misalnya pada pembibitan satu tahap bakal membutuhkan areal bibitan polybag yang lebih luas, dengan demikian dibutuhkan suplai air lebih banyak.

Kendati pembibitan satu tahap tercatat lebih simpel lantaran tidak ada proses pre nursery (pra pembibitan) dan main nursery (pembibitan utama), namun bakal membutuhkan banyak tenaga supervisi dalam menangani kecambah. Lantas apabila terdapat banyak seleksi bakal mengakibatkan banyaknya polybag besar yang kosong, padahal polybag dan biaya isi tanah cukup mahal.

Sementara untuk pembibitan dua tahap, proses pembibitan bakal dilakukan secara dua tahap, pertama adalah proses pre nursery yang bisa mengurangi pemakaian luas areal bibitanpolybag, kebutuhan air pun tercatat lebih hemat.

Biaya perawatan bakal lebih hemat, naungan pre nursery bisa dibuat secara permanen, jika dibutuhkan. Lantas penanganan kecambah dan supervisi bakal lebih baik. Dengan pembibitan cara dua tahap pula bisa mempermudah melakukan seleksi awal dengan tenaga kerja yang relatif sedikit.

Dengan demikian, jumlah kematian pun lebih sedikit karena menggunakan naungan dan penggunaan air yang mencukupi serta lebih merata. Kendati terdapat dua pilihan proses pembibitan, namun disarankan menggunakan pembibitan dua tahap.    

Perawatan Pembibitan
Lantaran bibit sawit pada masa pre nursery masih tercatat lemah dari panas dan sinar matahari, maka guna melindungi pembibitan sawit maka diperlukan naungan, supaya proses pembibitan aman dari sinar matahari langsung dan hujan deras.

Bila tidak menggunakan naungan seperti menggunakan paranet, dikhawatirkan disaat hujan deras bakal menyebabkan rusaknya struktur tanah. Oleh sebab itu menurut Buku Panduan Teknis yang diterbitkan PT Socfin Indonesia, paranet sebaiknya dibuat dengan kerapatan lubang 30% sehingga matahari yang masuk diperkirakan hanya mencapai 60-70%. Bilamana menggunakan paranet terlalu mahal, maka bisa pula membuat naungan secara konvensional, semisal dari pelepah daun kelapa sawit atau alang-alang.   

Selain menggunakan naungan, setiap permukaan tanah pada polybag di main nurserysebaiknya diberi mulsa berupa cangkang/alang-alang kering, upaya ini guna mencegah terjadinya penguapan air tanah dari polybag, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi dan mengatur suhu tanah. Sebaiknya untuk cangkang diberikan sebanyak 0,5 kg/polybag

Pula yang tidak kalah penting ialah mengatur suplai air, supaya bibit sawit tidak kekurangan air. Penyiraman air pada pre nursery, sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yakni pagi hari dan sore hari, bila mana terjadi hujan maka penyiraman bisa ditunda, dengan catatan minimal curah hujan mencapai 10 mm/hari.

Sementara pada main nursery, kebutuhan per bibit atau polybag ialah mencapai 10 mm/hari, jika curah hujan lebih dari 10 mm/harimaka penyiraman pada hari tersebut ditiadakan, bila kurang maka perlu ada penyesuaian, supaya air per bibit atau polybag setara dengan 10 mm/hari bisa terpenuhi.

PERSIAPAN LAHAN PEMBIBITAN
Tempat pembibitan:
Areal:


Lokasi:

Lokasi untuk bibitan kelapa sawit dipilih suatu tempat yang terletak di pusat areal (strategis). Areal harus rata, terbuka namun tidak akan terkena banjir dan erosi.
Dekat dengan sumber air yang permanen untuk penyiramandan aman dari gangguan binatang liar.
PRE NURSERY
Naungan
-         Areal persemaian harus dibersihkan dari gulma.
-         Membuat naungan terbuat dari paranet setinggi 2 m dari tanah/ membuat dengan pelepah sawit atau alang-alang.
Media Tanam
-         Tanah yang digunakan sebaiknya tanah lapisan atas (top soil), yang gembur, subur, bersih dari potonga kayu serta mengandung bahan organik.
-          Bebas dari penyakit.
-         Sebelum di masukkan ke baby bag, sebaiknya tanah di ayak terlebih dahulu dan dicampur dengan pupuk.
Plastik Babybag
-         Babybag yang digunakan untuk pre nursery sebaiknya mempunyai ukuran 15 cm x 20 cm, tebal 0,10 mm denganlubang perforasi sebanyak 18 buah untuk mengatur drainase, diameter +0,4 cm, jarak antar lubang 7 cm.
Layout Persemaian
-         Babybag disusun rapat dan rapih membentuk bedengan dengan ukuran 12 kantong melebar dan panjangnya tergantung dari jumlah bibit.
-         Pinggir bedengan diberi pelang kayu supaya babybagtidak tumbang.
-         Antara bedengan dibuat jalan kontrol selebar + 50 cm memanjang persemaian.
-         Setiap bedengan dilengkapi papan nama yang berisi nomor katagori, jumlah dan tanggal persemaian.
Penyiraman
-         Seminggu sebelum kecambah ditanam, babybag berisi tanah disiram tiap hari.
-         Babybag harus disiram sampai jenuh setiap hari untuk memastikan kebasahan tanah memadai, namun jangan sampai air tergenang.
MAIN NURSERY
Media Tanam
-         Pengisian polybag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur dan tidak mengandung penyakit seperti ganoderma.
-         Tanah yang digunakan sebelumnya diayak dan dicampur dengan pupuk
Plastik Polybag
-         Plastik standar yang disarankan berukuran 42,5 cm x 50 cm, tebal 0,20 mm, dengan lubang drainase berdiameter 0,4 cm sebanyak 80 lubang dengan jarak antar lubang mencapai 7 cm
-         Polybag ini bakal digunakan hingga bibit berumur 12 bulan.
-         Pengisian polybag main nursery harus dimulai selambat-lambatnya sewaktu kecambah sudah sampai kebun. Dilakukan supaya tanah dalam kantong cukup padat.
-         Pemesanan kantong harus dilebihkan 5% dari kebutuhan.
-         Tiap kantong isinya + 20 kg tanah sampai setinggi + 1 cm dari bibir kantong (setelah padat turun menjadi + 3 cm).
-         Waktu pengisian tanah sambil di guncangkan supaya padat.
-         Tanah yang digunakan jangan tanah basah dan bergumpal.
-         Polybag yang sudah terisi tanah ditempatkan serta diatur di areal pembibitan dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm (segitiga sama sisi).
-         Buat lubang dengan pipa ditengah polybag (sesuai ukuranbabybag), lantas bibit dari babybag di pindahkan kepolybag
Layout Pembibitan
-         Jarak antara polybag 90 cm x 90 cm x 90 cm.
-         Persiapan penanaman di polybag juga harus dipisahkan menurut tanggal yanam dan nomor katagori yang telah disiap pada saat pre nursery.
-         Guna menghindari terjadinya pencampuran setiap kelompok katagori harus dibuat papan nama yang berisi tanggal tanam (tanggal saat pemindahan dari babybag kepolybag) dan nomor katagori.


Memindahkan Babybag ke Polybag
1.
Bibit yang dipindahlan dari babybag ke polybag ialah bibit yang sehat dan normal (setelah melalui proses seleksi). Pemindahan bibit dilakukan sewaktu bibit berdaun 3-4 helai atau berumur + 3 bulan
2.
Sebaiknya pemindahan bibit dilakukan per katagori, agar tidak tercampur.
3.
Setelah polybag yang masih kosong disiram, bibit yang masih berada di babybag diecer di dekat atau sisi polybag.
4.
Pada saat memindahkan babit dari babybag ke polybag, terlebih dahulu tengah tanah polybag di lubangi seukuran babybag, lantas plastik babybag dipotong atau dikoyak, kemudian dimasukkan kedalam lubang yang telah disediakan di polybag, lantas plastik babybag di tarik keluar.
5.
Pada saat pemindahan bibit ke polybag, tanah masih terlihat tidak rata, maka perlu dipadatkan dan diratakan kembali.
6.
Bibit yang bertitik kembar dan sehat dapat digunakan, caranya dipisahkan pada saat di pre nursery, atau ½ bulan sebelum bibit di pindahkan ke main nursery.


PEMUPUKAN DAN PENGENDALIAN HAMA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT


Dalam proses pembibitan ada beberapa hal yang patut diperhatikan, supaya proses pembibitan berjalan dengan baik, salah satunya ialah proses pemupukan dan pengendalian hama di masa pembibitan.


Dalam proses pembibitan penangan tanaman menjadi sangat penting semisal mesti tetap menjaga bibitan dari gulma. Penyiangan gulma dalam babybag pada pre nursery dilakukan dua minggu sekali secara manual, termasuk penambahan tanah dalam kantong bagi bibit-bibit yang terbuka berdasarkan bonggol akarnya dan bibit yang nampak doyong.

Untuk gulma yang ada dalam polybag di main nursery sebaiknya dilakukan secara manual dan sebaliknya untuk gulma yang tumbuh diluar polybag dapat menggunakan herbisida dengan alat semprot yang dilengkapi dengan pelindung pada bagiannozzel-nya guna menghindari terjadinya kabut herbisida, cara ini supaya herbisida mengenai bibit serta penyemprotan harus lebih rendah dari permukaan polybag.

Selain terus menjaga bibitan dari gulma, selanjutnya perlu juga dilakukan pengendalian hama dan penyakit pada saat pembibitan. Pemberantasan hama dan penyakit di pre nursery tidak dibenarkan menggunakan bahan kimia. Biasanya hama dan penyakit yang menyerang pada pre nursery dan main nursery tercatat serupa. 

Kerusakan pada pembibitan tentu saja membuat rugi petani atau pelaku perkebunan, berikut beberapa hama dan penyakit yang bisa saja timbul dikala masa pembibitan:

-         Kecambah gagal tumbuh, kondisi ini akibat kualitas tanah tidak baik, desinfeksi tanah yang kurang memadai, penanaman yang kurang bagus, penyiraman yang terlalu banyak atau terlalu sedikit serta gangguan hama.

-         Daun terbakar (gosong), kondisi ini akibat penyiraman yang tidak memadai setelah pemupukan, tingkat aplikasi pupuk dan pemilihan produk yang salah saat memberikan pestisida, atau akibat pemindahan naungan secara tiba-tiba.

-         Daun menjadi kuning, seringkali terjadi akibat kurangnya kadar keteduhan, pengurangan nitrogen setelah bulan ketiga atau terlalu banyak air.

-         Bercak Coklat Pada Daun (Necrosis), kondisi ini akibat kekurangan sinar matahari.

Anthracnose, merupakan penyakit yang paling serius dan bisa saja muncul selama masa pembibitan. Sirkulasi udara yang baik dapat mengurangi risiko tanaman terkena penyakit ini. Fungisida juga dapat diberikan setiap dua bulan sekali (2 g mancozeb atau chlorothalonil per liter air)

Sementara untuk serangga pemakan daun yang dapat menimbulkan kerusakan dapat dicegah dengan menyemprotkan larutan 0,8-1 g carbaryl atau 0,024 g deltamethrin per liter air. Kecambah yang muda harus dilindungi dari semut, rayap dan jangkrik, caranya dengan mengoleskan bubuk deltamethrin di sekitar lahan tanam. Siput dan sejenisnya dapat diawasi dengan menyebarkan metaldehyde secara acak di dalam pembibitan. Jika tikus menyerang, bersihkan batas pinggiran pre nursery dan pasang perangkap.

Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat bibit berumur empat minggu setelah tanam, yakni ketika bibit telah memiliki satu helai daun berwarna hijau tua. Standar pupuk yang idanjurkan PT Socfin Indonesia pada saat pre nursery selain menggunakan urea juga menggunakan pupuk majemu 15-15-6-4.

Beberapa yang mesti diperhatikan dikala pemupukan di pre nursery, jangan mengaplikasikan pupuk dalam bentuk granular (butiran) sebab bisa menyebabkan kerugian berupa efek kontak (terbakar) pada tanaman. Sepatutnya mengaplikasikan pemupukan dalam bentuk liquid (cair), dengan cara menyiram ke tanah dalam kantong.

Dikala pemupukan di main nursery, selain menggunakan pupuk majemuk 15-15-6-4 atau 12-12-17-2 juga kieserite untuk bibit-bibit yang menunjukkan gejala defisiensi Mg setalh umur 8 bulan.

Pada saat melakukan pemupukan di main nusery ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, semisala pertama, jangan mengaplikasikan pupuk dalam kondisi daun kering atau pada saat terik matahari. Lantaran, bakal mengakibatkan efek kontak (terbakar) pada daun, menyebabkan stress dan menghambat perkembangan bibit.

Lantas kedua, sepatutnya pupuk diaplikasikan melingkar secara merata di bibir polybag. Proses pemupukan itu mesti dilakukan secara hati-hati guna mencegah pupuk tidak mengenai daun lantaran dapat mengakibatkan efek kontak (bakar).

Ketiga, penggemburan ringan dibutuhkan guna membantu iar dan hara masuk ke dalam tanah, sebab lapisan lapisan padat dapat terbentuk akibat penyiraman yang berlebihan. Keempat, pupuk slow release tidak disarankan digunakan di main nursery.

Kelima, bibit-bibit yang menunjukkan gejala kekurangan Mg dapat diberi tambahan Kieserit dua bulan sekali dengan dosis, umur 8-9 bulan sebanyak 20 gr/bibit, 10-11 bulan sekitar 25 gr/bibit dan 12-14 bulan mencapai 30 gr/bibit. Pemberian ekstra harus dilakukan secara selektif bagi bibit-bibit yang memerlukan saja.

Data-data:

Pemupukan di Pre Nursery
Umur
Kosentrasi & Jenis Pupuk
Volume Siraman
Minggu Ganjil
Minggu Genap
1-3 bulan
0,2% pupuk urea
0,2% pupuk majemuk (15-15-6-4)
50 cc larutan per pokok disiramkan ke tanah dalam kantong
(=10 gram pupuk + 5 liter air untuk 100 pokok bibit

Pemupukan di Main Nuersery
Umur
(bulan)
Dosis Pupuk Majemuk
(gr/bibit)
15:15:6:4
Urea (gram/polybag)
4
5
-
4,5
5
-
5
5
-
5,5
5
-
6
7
-
6,5
7
-
7
15
-
8
-
10
9
25
-
10
-
15
11
30
-
12
-
20
13
35
-
14
-
25


Pengendalian Hama& Penyakit di Main Nursery
Jenis Penyakit/Hama
Gejala Umum
Pestisida Pilihan
Kosentrasi (%)
Keterangan (Penyemprotan digunakan untuk perlakuan pencegahan)
Anthracnose
Bagian daun mulai dari ujung daun menjadi berwarna kecoklatan. Terdapat batas yang jelas antara jaringan daun yang terserang dan yangs ehat
Daconil

Nustar 400EC
0,20

0,20
Rotasi 5-7 hari sampai seranganterkendali.
Curvularia
Spot atau luka coklat dengan batas kuning atau orange.
Captan 50WP

Dithene M45

Acti-dione 4.2 EC
0,40


0,20


0,025
Rotasi 7-10 hari. Afkir jika serangan parah dan bakar agar tidak menular.
Blast
Tajuk yang pucat dengan gejala stress air. Daun mati secara bartahap mulai daun tua. Jaringan tepi (cortical) dari akar membusuk sedangkan jaringan tengah tetap utuh.
Tidak ada penggunaan fungisida.

Kurangi suhu tanah dengan aplikasi mulsa dan naungan. Bibit harus disiram teratur. Tanaman mati harus dimusnahkan.
Kumbang Adoretus Apogonia
Lubang pada jaringan daun.
Lubang terkosentrasi sepanjang pinggiran daun.
Sevin 85 s atau Marshal 200SC
0,20
Pada saat serangan berat penyemprotan dilakukan 1-2 kali seminggu.
Kutu (Ollogonychus & Tetranuchus)
Bercak khlorotik kecil dalam jumlah banyak pada awalnya. Kemudian berubah menjadi kuning dan akhirnya keperakan. Kutu sulit dilihat pada permukaan daun bagian bawah.
Rogor 40 diikuti dengan Tedion 18 WP, 10 hari kemudian.
0,1
0,13
Arahkan penyemprotan pada permukaan daun bagian bawah.

Tedion aktif sebagian terhadap telur dan kutu yang masih muda.
Mealybugs & Jangkrik
Tajuk cenderung pucat dan kusam.
Heptachlor 10G
Tabur granule pada tanah di polybag dan siram.
Lebih banyak kerusakan pada akar dan jaringan tanaman dibawah permukaan tanah dibandingkan dengan kerusakan pada jaringan di atas permukaan atas.


Seleksi Pre Nursery
1.
Daun berputar (twisted leaf)
2.
Daun sempit seperti rumput
3.
Daun bergulung (roller leaf)
4.
Daun berkerut (crincle leaf)
5.
Daun tidak membuka (colante)
6.
Bibit terkena serangan penyakit
7.
Daun dengan strip kuning (chimera)
8.
Tanaman kerdil (runt)
Seleksi Main Nursery
1.
Pertumbuhan terhambat
2.
Pelepah tegak (barren/steriil)
3.
Pelepah memndek, rata atas (flat top)
4.
Pelepah dan anak daun lemas (limp/flaccid)
5.
Pelepah tidak pecah, bentuk muda (juvenille)
6.
Jarak anak daun pendek (short internode)
7.
Jarak anak daun lebar (wide internode)
8.
Anak daun sempit (narraw pinnae)
9.
Pertumbuhan sisipan anak daun halus
10.
Anak daun pendek dan lebar (short broad leaf)