Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet, berkebangsaan
Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika.
Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu
oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de
Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
B.
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan
monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit
terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan
panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri
dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke
bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar
tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa
mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya
memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk
seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas
walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah
yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas.
c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam
dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di
tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur
tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga
betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak
bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan
atau serangga penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari
kulit buah yang licin dan keras (epicrap),
daging buah (mesocrap) dari susunan
serabut (fibre) dan mengandung
minyak, kulit biji (endocrap) atau
cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan
mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
- Arah tegak
lurus ke atas (fototropy),
disebut dengan plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun
- Arah tegak
lurus ke bawah (geotrophy)
disebut dengan radicula yang
selanjutnya akan menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh
sekitar 1 cm. Akar-akar adventif pertama
muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil
dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit
kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai
organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam
tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau
pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi
kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah
berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki
ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan
bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji
dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata
memiliki bobot 2 gram per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki
periode dorman (masa non-aktif).
Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan
sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
Jenis Kelapa Sawit.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan
daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
- Dura
memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak
15-17%.
- Tenera
memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen
minyak 21-23%.
- Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
C.
Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo :
Palmales
Famili :
Palmae
Sub – Famili :
Cocoidae
Spesies :
1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa
sawit Afrika)
2. Elaeis
melanococca atau Corozo oleifera
(kelapasawit
Amerika Latin)
Varietas/Tipe : Digolongkan berdasarkan :
1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) :
dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.
2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu
Nigrescens, Virescens, dan Albescens
D.
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit semula merupakan
tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa
sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan
kelapa sawit, di samping faktor – faktor lainnya seperti sifat genetika,
perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah
tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan
120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Tanaman
Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah
hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih
dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya
berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada
pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih
sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi
penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan
tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan
kebun, dan terjadinya erosi.
Contoh
Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar
antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni
sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air
bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk
bunga dan buah secara terus menerus, sehingga
diperoleh hasil buah yang tinggi.
Di jawa,
tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif
cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur,
yang musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali
menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.
Keadaan
curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi
pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak
tercapainya jumlah curah hujan minimum yang
2. Suhu dan Tinggi Tempat
3. Kelembapan dan Penyinaran
Matahari
Sifat Kimia Tanah
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur
hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu,
untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang
tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai
4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5.
E.
Teknologi perbanyakan Tanaman
Teknologi perbanyakan tanaman yang
dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan
untuk perbanyakan secara konvensional.
Pembiakan Secara Kultur Jaringan
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan
tanaman kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil
pembiakan secara kultur jaringan (tissue
culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang
berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam produksi, kualitas
minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama – penyakit. Bibit
kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan
klon kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur
jaringan menggunakan bahan pembiakan yang berasal dari tanaman hasil
persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat – sifat unggul,
yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik,
dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan pembiakan kelapa sawit dengan
sistem kultur jaringan di antaranya adalah sebagai berikut :
§ Pembiakan suatu varietas unggul melalui
sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat, tidak terlalu tergantung pada musim
dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi bibit yang terkendali.
§ Pengendalian sistem produk (bibit klon)
secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang dihasilkan seragam.
§ Penyimpanan plasma nutfah untuk tujuan
produksi dan bank gen dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
§ Perbanyakan pohon yang toleran terhadap
beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat dilakukan secara mudah, misalnya
penyakit crown disease, genetic orange
spotting, dsb.
§ Program pemuliaan dapat dipersingkat
karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan langsung dapat diperbanyak secara
vegetatif.
Proses atau langkah – langkah pembiakan
kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan secara garis besarnya adalah sebagai
berikut :
a. Bahan Kultur jaringan
Bahan
kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan
pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. Kriteria
pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet adalah sebagai berikut :
1).
Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan
pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 – 11 ton minyak/hektar/tahun.
2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).
4). Peninggian pohon berkisar antara 40 – 55 cm
per tahun.
b. Media
Media
untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen yang tersusun dari
senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media
tumbuh ini terdiri atas unsur – unsur hara makro, mikro, protein, vitamin,
mineral, dan hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi
perkembangan jaringan.
c. Metode
Seperti
telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur jaringan
dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD –
CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah
metode CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai
berikut.
1. Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa
sawit yang manis muda (daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau ke – 7) dan masih
aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari satu
pohon induk dapat diperoleh sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.
2. Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan embrio dari kalus berbeda - beda, tergantung pada klon yang
digunakan.
3. Pembiakan Embrio
Embrio muda dipindahkan ke
media baru untuk pematangan sekaligus perbanyakannnya. Embrio tersebut
dipelihara di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux
suhu 270C dan kelembaban udara 50% - 60%. Pematangan embrio
membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon
berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio
yang sudah matang (mature) dapat
ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat sebagai stock atau koleksi dalam tabung
penyimpanan dengan teknik krioperservasi.
4. Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk
penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media baru, dikulturkan di dalam ruang
pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux, suhu 300C, dan
kelembaban 50 - 60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 - 4 bulan.
5. Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu
kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar. Pupus yang mempunyai ukuran lebih
dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan dimasukkan ke dalam media induksi akar.
Pupus yang masih berukuran kecil dipelihara kembali dalam media penumbuhan
pupus
Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan
klon meliputi pembibitan awal (pre
nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan,
planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi
planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
F.
Persemaian dan Pembibitan
Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit
harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah.
Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
- Tangkai
tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
- Tandan
buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari
tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
- Masukkan
buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu
rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari.
Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2
menit, lalu keringanginkan.
- Masukkan
biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di
dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70%
selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.
- Setelah 60
hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan
lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit.
Simpan benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari,
benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.
G.
Persiapan Lahan
Tanaman Kelapa sawit sering ditanam
pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka
menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan
dengan kondisi lahan yang tersedia.
1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau
areal yang ditumbuhi lalang.
2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang
sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau
komoditas tanaman perkebunan lainnya.
3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa
sawit.
Persiapan lahan merupakan
kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan
yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas,
pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang
terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang
akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.
Pembukaan Lahan Secara Mekanis
Pembukaan lahan secara mekanis
dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi oleh pohon – pohon besar.
Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari beberapa pekerjaan sebagai
berikut : Babad pendahuluan, yaitu
membabad dan memotong pohon –kecil atau semak – semak yang tumbuh dibawah pohon
besar, Menumbang, memotong pohon –
pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan gergaji mesin
atau kapak, Merencek, memotong –
motong cabang – cabang dan ranting – ranting kayu yang sudah tumbang untuk
memudahkan perumpukan, Merumpuk yaitu
mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang arah
utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar yaitu membakar rumpukan agar
area bersih dari bahan – bahan yang tidak diperlukan.
H.
Penanaman dan Penyulaman
Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman
adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir
tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit.
1. Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan
larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit
kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat –
tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat,
sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak
setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh
yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk
tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.
Sistem
jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m
X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman
adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan)
tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga
menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S)
8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran,
pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan
lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga
terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan
pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang
yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak
dianjurkan.
Lubang
tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi
ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah
atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir
ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir
ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam
menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang
tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman
kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih dahulu,
baik teras individual maupun teras kolektif.
3. Menanam
Kegiatan
menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama,
Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan
lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
4. Tanaman Penutup Tanah
Penanaman
tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman
penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume
cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara
kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah.
Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat –
sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi,
mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu (gulma).
Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah
pembukaan lahan selesai dilaksanakan.
Jenis
– jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa
sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica,
Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis.
I.
Penyiangan (pengendalian gulma)
Upaya pengendalian gulma telah
dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman kelapa sawit (gawangan)
dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap
individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka
berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)
pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor dan lembab.
Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk mengurangi
terjadinya saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan,
dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu.
Secara garis besar jenis – jenis
gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi :
1. Gulma
berbahaya, yaitu gulma
yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat
(Mikania cordata dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus
rotundus), serta beberapa tumbuhan berkayu diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum syn. Chromolaena
odorata), harendong (Melastoma
malabtrichum), dan tembelekan (Lantana
camara)
2. Gulma
lunak, yaitu gulma yang
keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat di toleransi, sebab
jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah, kendati demikian pertumbuhannya
harus dikendalikan. Yang termasuk gulma lunak misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum), pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya.
Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
1. Pengendalian
gulma secara manual, yaitu
pengendalian gulma dengan menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara
konvensional, misalnya dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan
sebagainya.
2. Pengendalian
gulma secara kimia, yaitu
pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak
maupun sistemik.
3. Pengendalian
Secara kultur teknis,yaitu
pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan.
4.
J.
Pemupukan
Pemupukan tanaman bertujuan untuk
menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk
yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu.
Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam
tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada
tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan
kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat,
sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.
Tabel 25. Dosis Pemupukan
Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.
Jenis Pupuk
|
Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
|
||
Umur Tanaman
|
5 – 5
|
6 – 12
|
>12
|
Sulphate of Amonia (ZA)
|
1,0 – 2,0
|
2,0 – 3,0
|
1,5 – 3,0
|
Rock Phosphate (RP)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,0
|
Muriate of Potash (KCl)
|
0,4 – 1,0
|
1,5 – 3,0
|
1,5 – 2,0
|
Kieserite (MgSO4)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,5
|
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali
aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah
satu contoh dosis B adalah 0,05 – 0,1 Kg
per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan
secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai
maksud tersebut, pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) harus
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
- Pupuk N
ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir luar piringan.
- Pupuk P,
K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m
dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
- Pupuk B
ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok
Pemberian pupuk pada kelapa sawit
diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada
akhir musim hujan yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk kedua dilakukan
pada awal musim hujan yaitu bulan
September – Oktober.
K.
Pemangkasan
Pemangkasan atau disebut juga
penunasan adalah pembuangan daun – daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda
sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi
penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal
perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki
sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses
penyerbukan secara alami
- Mengurangi
penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada
pelepah daun.
- Membantu
dan memudahkan pada waktu panen
- Mengurangi
perkembangan epifir
- Agar
proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesis
dan respirasi.
-
L.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang
oleh berbagai hama dan penyakit tanaman sejak di pembibitan hingga di kebun
pertanaman. Hama dan penyakit dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit
dapat menimbulkan kerugian yang besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap
hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.
Pengendalian hama dan penyakit dapat
dilaksanakan secara manual, kimia, atau biologis sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang tergolong jenis serangga,
bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar jenis mamalia
terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya berupa
hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder.
a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman
kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak daun,
hama perusak tandan buah.
a.1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar
kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus
cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit.
Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota
mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh
tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga
membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun
tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut :
a.
Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada
tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh (
pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak.
Pengendalian hama
kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu
menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur
pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
ü membakar sampah – sampah dan bagian pohon
yang mati, agar larva hama terbakar dan mati
ü mempercepat tertutupnya tanah dengan
tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian –
bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi
kebun
ü Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur
barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada
pembukaan ulangan)
b.
Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat
setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah
menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan
daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama
ulat setora dapat dilakukan secara
hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh
yaitu lalat Tachinidae
c.
Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna
trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun
sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat
menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada
setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian
ulat Darma trima dapat dilaksanakan
secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot
tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat
menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.
d.
Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit
terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama
ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di
sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara kimia dapat
menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
a.
Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang
berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit
ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang
terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.
b.
Basal Steam Rot
Penyebabnya
adalah Ganoderma sp. Gejala pada
tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih
lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan mati.
Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c.
Marasmius
Penyakit
marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan
dilakukan dengan membersihkan pohon.
M.
Panen dan Pengolahan Hasil Panen
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan
membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6
bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat
dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika
masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.
Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai
tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa
sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan
mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.
Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat
panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke
pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,
alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
1.
Kriteria matang Panen
Kriteria
matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah
pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria
umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.
2.
Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen
yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman
yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan
tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari
10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan
pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu
dan diatur rapi di tengah gawangan.
3.
Persiapan Panen
Untuk
menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat
pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil
harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar